Kajian Tokoh: Belajar dari Hamka

Belajar dari Kisah Malik Muda

Oleh: Shofiyah Hafizhah Irvan 

Banyak hal yang dapat kita ambil pelajaran dari perjalanan sejarah, salah satunya belajar dari para tokoh kita. Buya Hamka merupakan tokoh nasional dan ulama besar asal Minang. Nama besar beliau di dapatkannya dikarenakan perjuangan, karya, dan pemikirannya. Namun, beliau dapat menjadi sosok yang begitu hebat tidak lepas dari peranan para guru, dan kejadian yang menimpanya.

Ketika membahas suatu tokoh, pastilah ada faktor yang mendukungnya. Hal tersebut dapat kita lihat dari didikan yang didapatnya dan hal lain yang membentuk pribadi dan pemikirannya. Dari hal tersebutlah kita dapat belajar dari pengalaman hidup tokoh kita ini. Buya Hamka merupakan anak dari seorang ulama besar Minang dan anak kesanyangan Imam Masjidil Haram, Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Dapat dilihat bahwa sang ayah merupakan seorang ulama yang aktif dalam berkarya dan berdakwah. Hal tersebut menyebabkan hubungan ayah-anak ini tidak begitu dekat. Disusul dengan perceraian ayah dan ibunya memberikan luka yang cukup mendalam bagi Hamka kecil saat itu, dan membuat hubungannya dengan sang ayah kian merengagang. Tak sampai situ Hamka kecil memiliki kesulitan dalam belajar bahasa Arab, beliau tidak dapat menangkap materi yang diberikan kepadanya saat di kelas. Namun, hal tersebut tidak membuatnya putus asa, beliau belajar dengan caranya sendiri. Beliau belajar melalui membaca karya-karya sastra dan berguru langsung kepada sumbernya. Hal tersebut dapat dilihat dari perjalanannya ke Jawa dan ke Mekkah, yang mana bertujuan untuk membuktikan bahwa dirinya mampu.

Dari kisah masa kecil Hamka diatas dapat dipahami oleh kita, bahwa setiap orang pastilah memiliki ujiannya masing-masing. Pertama, ketika sang ayah, Haji Rasul sibuk ditengah umat, tidak menjadikan Hamka terlantar, sebab beliau berada ditengah-tengah ulama. Dapat kita ambil pelajaran terutama bagi para orangtua yang super sibuk, sebab kini banyak anak yang berpikir bahwa orangtuanya sibuk dan tidak mendapat perhatian sehingga mencari perhatian dan pelarian kepada hal-hal yang tidak seharusnya. Karena itu perlunya perhatian bagi orangtua yang merupakan madrasah pertama, untuk memberikan pendidikan yang baik bagi anaknya. Sebab itu merupakan hak masing-masing anak, dan jika tidak mampu untuk memberikan pendidikan langsung maka tempatkanlah sang anak di tempat yang baik agar mendapatkan didikan yang baik dan layak.

Kedua, ketika terjadinya perceraian kedua orangtuanya, memang memberikan bekas luka yang cukup mendalam bagi Hamka namun tidak membuatnya untuk berhenti berbuat baik dan menyalahkan apa yang terjadi kepada orangtuanya. Ini menunjukan bahwa tidak setiap tokoh besar terlahir dari keluarga yang utuh. Banyak anak sekarang menyebutnya ‘broken home’, dan biasanya hal tersebut menjadi alasan bagi mereka, anak-anak yang broken home mencari pelarian dengan berbuat yang tidak seharusnya dan menyalahkan orangtuanya. Padahal jika dilihat dari kisah kecil Hamka yang mengalami broken home, memang membuatnya tersakiti tapi itu tidak menjadikannya untuk berhenti berbuat baik dan terus menerus menyalahkan keduaorangtuanya.

Ketiga, kesulitan belajar yang pastinya dialami oleh banyak orang. Memang terkadang ada sebab kenapa pelajaran sulit dipahami, entah dikarenakan gaya belajarnya, atau kah hal lainnya. Hamka mengalami kesulitan dalam pelajaran bahasanya namun tidak menjadikannya putus asa, melainkan terus mengexplore pengetahuan. Tapi kenyataannya di masa sekarang, banyak yang mengalami kesulitan belajar dan memilih untuk berhenti berusaha, bahkan memilih untuk melupakan belajar sebab merasa tidak ada yang berubab dari usahanya. Padahal bisa saja kita seperti Hamka yang belum menemukan gaya belajar yang cocok, tapi ketika kita masih terus berusaha dengan mengexplore atau lainnya, maka kita akan menemukan cara belajar yang cocok sehingga pelajaran tersebut dapat dipahami dengan mudah. Hamka dengan terus mengeksplore pengetahuan dengan membaca di perpustakaan yang disana banyak hal yang dapat diketahui. Dari sana membaca surat kabar membuatny mengetahui dunia luar dan oragnisasi dan dari novel berbahasa arab dia memahami nahwu.

Keempat, kegengsian dan rasa ingin diakui terkadang sering terjadi di jiwa muda yang sering bergejolak. Begitu pun dengan Hamka muda saat itu, merasa kesal ketika ia diremehkan disebabkan bahasa Arabnya masih berantakan. Akhirnya ia pun memilih pergi dari rumah ke Mekkah untuk membuktikan akan kemampuan dirinya. Maka bagi anak-anak muda yang kerap kali kesal ketika diremehkan janganlah marah tetapi buktikan dan tunjukan bahwa pandangan orang lain terhadap dirimu itu salah, dan buktikan bahwa kita tidak seperti yang mereka pikirkan.

Komentar